Masjid Baiturrahim H. Rais Kramat Lontar. Malam
itu seusai sholat tarawih Nia yang sedari tadi terlihat sangat sedih
menghampiri, dia duduk menunduk disampingku sesekali mengusap air matanya
menungguku selesai bersalam-salaman, entah apa yang membuatnya terlihat begitu
hancur kala itu
"Assalamualaikum Nia" sapaku membuyarkan
lamunannya
belum juga sempat kutanyakan mengapa, tubuh
mungilnya sudah jatuh kepelukanku, bergetar hebat dan menangis sejadinya, dia
selalu begitu jika sedang dalam masalah, dia sangat manja terhadapku. reaksiku
selalu sama seperti waktu dulu, ketika dia menangis menceritakan kartu ATMnya
yang tertelan oleh mesin. Aku diam memberinya sedikit ruang kemudian kubalas
dia erat, mengusap punggung dan kepalanya, namun ada yang berbeda kali ini,
lima menit sudah berlalu tapi kata tak kunjung kudengar, hanya tangis dan
pelukannya yang semakin erat seolah tak ingin ditanya, biasanya dia selalu tak
sabar ingin segera menceritakan permasalahannya. penasaran, kuputuskan untuk
melepasnya, memandangnya lama, oh Rabb ada luka dimatanya, luka yang entah apa
penyebabnya, begitu dalam hingga aku tak kuasa melihatnya, kupeluk lagi dia
erat, sangat erat, berharap bisa sedikit menenangkannya, tapi tangisnya semakin
pecah. Satu jam sudah berlalu, nia masih menangis, ah tapi kurasa sudah cukup
memberinya waktu, Nia melepaskan pelukannya seolah mengerti kehawatiranku
"ada apa de, ko nangis?" ucapku memulai
perbincangan
" Nia tau nia harus ikhlas atas semua yang
Allah tetapkan untuk nia" ucapnya dalam isak yang kujawab dengan anggukan
pelan
"waktu nia kecopetan, ATM ketelen, sampai ga
punya uang sama sekali kaka selalu bilang...hiks....hiks...." kalimatnya
terputus karena tangisnya yang semakin menjadi
".....nia harus sabar dan ikhlas...
hiks...hiks.... kalo Allah akan menggantinya lebih banyak lagi, kalo Allah
sedang menguji kesabaran nia " lanjutnya masih dengan tangis
"iya kamu betul de " potongku sambil
mengusap airmata dan membetulkan jilbabnya
"tapi kali ini nia harus bagaimana
kaka....." tangisnya tumpah, benar-benar tumpah, membuat hati yang
mendengarnya ngilu.
"mamah meninggal ka..." lanjutnya
pelan, sangat pelan namun mampu merontokkan iman, mengeringkan kerongkongan dan
meluluhlantahkan kesabaran. bukan hanya tangisnya yang memuncak, bendungan air
mataku pun bobol, sekuat tenaga kutahan, berusaha menenangkan diri, menguatkan
diri sebelum berperang untuk menenangkannya. aku peluk dia sangat erat, berusaha
memberi energi yang sebenarnya sudah entah keberadaannya
" Innalillahi wainna Ilaihi rojiun, Allahummaghfirlahaa
warhamhaa wa aafihaa wa'fu'anhaa.....” ucapku dalam doa
dua jam sudah keberadaan kami di masjid ini,
kuusap air matanya, ku rapikan jilbabnya dan kupapah dia keluar menuju kosanku
yang hanya lima langkah dari masjid tanpa kata, dia tidak berontak tubuhnya
lemas menurut saja kutuntun hingga ke pembaringan.
Di kosan. Setelah sedikit tenang nia bercerita
kalau kemarin pagi mamahnya meninggal setelah sholat subuh tanpa sebab sakit
atau apapun, hari dimana nia harusnya mengikuti lomba tilawah Al-qur’an tingkat
jawa barat, kabar itu dia dengar dari salah satu paman yang menjemputnya
dikosan untuk ke bandung. Ah aku bingung harus bagaimana, sudah lama aku tahu
kalo Nia anak semata wayang, sedang ayahnya sudah meninggal sejak lima tahun
umurnya, dan artinya hanya kerabat jauh yang nia punya saat ini, dan yang tidak
habis fikir olehku adalah nia langsung nekat pergi ke Jakarta setelah pemakaman
ibunya selesai, tapi aku faham kenapa dia melakukan itu, karena dia sangat
terpukul, terlebih karena disana tidak ada yang bisa dia ajak untuk berbagi,
semua kerabatnya begitu cuek, mungkin karena posisi nia yang hanya sebagai anak
angkat ibunya, oh Rabb aku yakin rencanamu selalu indah, tapi ku mohon berilah
nia kekuatan, pintaku dalam doa
“Nia harus kuat, harus ikhlas karena pada hakekatnya
semua adalah milik Allah. kamu, kakak, papah, mamah, Langit, bumi dan semua
kehidupan milik Allah” ungkapku sehalus mungkin
“ kaka yakin nia bisa melewati ini dengan ikhlas
dan tawakkal. Nia percayakan bahwa Allah tidak menciptakan/menghendaki segala
sesuatunya dengan percuma, nia harus tetap yakin bahwa rencana Allah adalah
yang terbaik untuk kita” lanjutku
Kulirik nia hanya mengangguk dan sesekali
mengusap air matanya
“ini adalah bulan suci ramadhan, kaka yakin nia
masih ingat betapa banyak orang yang mendambakan meninggal dibulan ini karena
janji Allah akan kebebasan siksa kubur bagi mereka. Insya Allah mamah dan papa
sudah sangat bahagia disana, mereka adalah orang yang insya Allah penghuni
syurga”
Kuperhatikan matanya terpejam dengan mulutnya
bergerak mengamini perkataanku
“Aamiin, Allahummaghfirlahaa warhamhaa wa
aafihaa wa'fu'anhaa.....
Ya Allah nia ikhlas atas kepergian
mamah, jaga dia, tempatkanlah dia di tempat yang terbaik Allahummaghfirlii
waliwalidayya warhamhuma kama robbayani soghiro…
Berikanlah kelapangan hati serta kemudahan atas segala sesuatunya kepadaku”
ucapnya lebih tenang
Ku rangkul dia ku amini setiap kata yang keluar
dari mulutnya, Alhamdulillah niaku sangat luar biasa, menenangkannya tak
sesulit yang ku bayangkan, ah lega rasanya dia sudah sangat dewasa, Al-Quran
menuntunnya menjadi pribadi yang semakin menakjubkan. Gumamku sebelum ahirnya
ku bisikkan niatku mengantarkannya pulang ke bandung untuk mengurus pengajian dirumahnya
besok.
Jujur bahwa ada secercah kehawatiran dalam hati
tentang bagaimana kelak dia menghadapi setiap jengkal kehidupannya sendiri,
tanpa kedua orang tua disisinya, tentang siapa yang akan menjadi penggati mengobarkan
bara semangat, tentang kepada siapa dia akan bermanja mengadu segala apapun
jika tidak ada mereka, kedua orang tuanya, dan lain-lain tentangnya. Nia sudah
tenang, tapi aku yang kini menangis memikirkannya. Astaghfirullah…. Begitu lemahnya
hati saya, kenapa saya lupa bahwa ada yang lebih berhak atas semuanya, atas nia,
kedua orang tuanya dan atas kehidupan dan mati kami, semua telah tertulis di
Lauh Mahfudz tanpa ada yang terlewat sediktipun.
Malam itu penuh luka, tapi sungguh banyak
pembelajaran yang kudapat, tentang sabar dan ikhlas, tentang kematian yang
sesungguhnya teramat dekat dengan kita dan tentang keyakinan akan indahnya
rencana Tuhan.
“Sungguh
Kami benar-benar akan menguji kamu sekalian agar Kami mengetahui orang-orang
yang berjuang dan orang-orang yang sabar di antara kamu sekalian.”
(QS. Muhammad:31)
“Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa batas.”
(QS.
Az Zumar:10)
"Musibah
yang engkau terima semata-mata karena Allah, adalah lebih baik bagimu daripada
nikmat yang menjadikan engkau lupa mengingat Allah."
(Ibnu Taimiyyah)
semoga nia tabah menjalaninya..
BalasHapusAamiin
BalasHapusterimakasih doanya ^^