Selasa, 07 Agustus 2012

Sebab Engkau yang berkuasa


Masjid Baiturrahim H. Rais Kramat Lontar. Malam itu seusai sholat tarawih Nia yang sedari tadi terlihat sangat sedih menghampiri, dia duduk menunduk disampingku sesekali mengusap air matanya menungguku selesai bersalam-salaman, entah apa yang membuatnya terlihat begitu hancur kala itu

"Assalamualaikum Nia" sapaku membuyarkan lamunannya

belum juga sempat kutanyakan mengapa, tubuh mungilnya sudah jatuh kepelukanku, bergetar hebat dan menangis sejadinya, dia selalu begitu jika sedang dalam masalah, dia sangat manja terhadapku. reaksiku selalu sama seperti waktu dulu, ketika dia menangis menceritakan kartu ATMnya yang tertelan oleh mesin. Aku diam memberinya sedikit ruang kemudian kubalas dia erat, mengusap punggung dan kepalanya, namun ada yang berbeda kali ini, lima menit sudah berlalu tapi kata tak kunjung kudengar, hanya tangis dan pelukannya yang semakin erat seolah tak ingin ditanya, biasanya dia selalu tak sabar ingin segera menceritakan permasalahannya. penasaran, kuputuskan untuk melepasnya, memandangnya lama, oh Rabb ada luka dimatanya, luka yang entah apa penyebabnya, begitu dalam hingga aku tak kuasa melihatnya, kupeluk lagi dia erat, sangat erat, berharap bisa sedikit menenangkannya, tapi tangisnya semakin pecah. Satu jam sudah berlalu, nia masih menangis, ah tapi kurasa sudah cukup memberinya waktu, Nia melepaskan pelukannya seolah  mengerti kehawatiranku

"ada apa de, ko nangis?" ucapku memulai perbincangan

" Nia tau nia harus ikhlas atas semua yang Allah tetapkan untuk nia" ucapnya dalam isak yang kujawab dengan anggukan pelan

"waktu nia kecopetan, ATM ketelen, sampai ga punya uang sama sekali kaka selalu bilang...hiks....hiks...." kalimatnya terputus karena tangisnya yang semakin menjadi 

".....nia harus sabar dan ikhlas... hiks...hiks.... kalo Allah akan menggantinya lebih banyak lagi, kalo Allah sedang menguji kesabaran nia " lanjutnya masih dengan tangis

"iya kamu betul de " potongku sambil mengusap airmata dan membetulkan jilbabnya

"tapi kali ini nia harus bagaimana kaka....." tangisnya tumpah, benar-benar tumpah, membuat hati yang mendengarnya ngilu. 

"mamah meninggal ka..." lanjutnya pelan, sangat pelan namun mampu merontokkan iman, mengeringkan kerongkongan dan meluluhlantahkan kesabaran. bukan hanya tangisnya yang memuncak, bendungan air mataku pun bobol, sekuat tenaga kutahan, berusaha menenangkan diri, menguatkan diri sebelum berperang untuk menenangkannya. aku peluk dia sangat erat, berusaha memberi energi yang sebenarnya sudah entah keberadaannya

" Innalillahi wainna Ilaihi rojiun, Allahummaghfirlahaa warhamhaa wa aafihaa wa'fu'anhaa..... ucapku dalam doa

dua jam sudah keberadaan kami di masjid ini, kuusap air matanya, ku rapikan jilbabnya dan kupapah dia keluar menuju kosanku yang hanya lima langkah dari masjid tanpa kata, dia tidak berontak tubuhnya lemas menurut saja kutuntun hingga ke pembaringan.

Di kosan. Setelah sedikit tenang nia bercerita kalau kemarin pagi mamahnya meninggal setelah sholat subuh tanpa sebab sakit atau apapun, hari dimana nia harusnya mengikuti lomba tilawah Al-qur’an tingkat jawa barat, kabar itu dia dengar dari salah satu paman yang menjemputnya dikosan untuk ke bandung. Ah aku bingung harus bagaimana, sudah lama aku tahu kalo Nia anak semata wayang, sedang ayahnya sudah meninggal sejak lima tahun umurnya, dan artinya hanya kerabat jauh yang nia punya saat ini, dan yang tidak habis fikir olehku adalah nia langsung nekat pergi ke Jakarta setelah pemakaman ibunya selesai, tapi aku faham kenapa dia melakukan itu, karena dia sangat terpukul, terlebih karena disana tidak ada yang bisa dia ajak untuk berbagi, semua kerabatnya begitu cuek, mungkin karena posisi nia yang hanya sebagai anak angkat ibunya, oh Rabb aku yakin rencanamu selalu indah, tapi ku mohon berilah nia kekuatan, pintaku dalam doa

“Nia harus kuat, harus ikhlas karena pada hakekatnya semua adalah milik Allah. kamu, kakak, papah, mamah, Langit, bumi dan semua kehidupan milik Allah” ungkapku sehalus mungkin

“ kaka yakin nia bisa melewati ini dengan ikhlas dan tawakkal. Nia percayakan bahwa Allah tidak menciptakan/menghendaki segala sesuatunya dengan percuma, nia harus tetap yakin bahwa rencana Allah adalah yang terbaik untuk kita” lanjutku
Kulirik nia hanya mengangguk dan sesekali mengusap air matanya

“ini adalah bulan suci ramadhan, kaka yakin nia masih ingat betapa banyak orang yang mendambakan meninggal dibulan ini karena janji Allah akan kebebasan siksa kubur bagi mereka. Insya Allah mamah dan papa sudah sangat bahagia disana, mereka adalah orang yang insya Allah penghuni syurga”

Kuperhatikan matanya terpejam dengan mulutnya bergerak mengamini perkataanku

“Aamiin, Allahummaghfirlahaa warhamhaa wa aafihaa wa'fu'anhaa.....  Ya Allah nia ikhlas atas kepergian mamah, jaga dia, tempatkanlah dia di tempat yang terbaik Allahummaghfirlii waliwalidayya warhamhuma kama robbayani soghiro Berikanlah kelapangan hati serta kemudahan atas segala sesuatunya kepadaku” ucapnya lebih tenang

Ku rangkul dia ku amini setiap kata yang keluar dari mulutnya, Alhamdulillah niaku sangat luar biasa, menenangkannya tak sesulit yang ku bayangkan, ah lega rasanya dia sudah sangat dewasa, Al-Quran menuntunnya menjadi pribadi yang semakin menakjubkan. Gumamku sebelum ahirnya ku bisikkan niatku mengantarkannya pulang ke bandung untuk mengurus pengajian dirumahnya besok.

Jujur bahwa ada secercah kehawatiran dalam hati tentang bagaimana kelak dia menghadapi setiap jengkal kehidupannya sendiri, tanpa kedua orang tua disisinya, tentang siapa yang akan menjadi penggati mengobarkan bara semangat, tentang kepada siapa dia akan bermanja mengadu segala apapun jika tidak ada mereka, kedua orang tuanya, dan lain-lain tentangnya. Nia sudah tenang, tapi aku yang kini menangis memikirkannya. Astaghfirullah…. Begitu lemahnya hati saya, kenapa saya lupa bahwa ada yang lebih berhak atas semuanya, atas nia, kedua orang tuanya dan atas kehidupan dan mati kami, semua telah tertulis di Lauh Mahfudz tanpa ada yang terlewat sediktipun. 

Malam itu penuh luka, tapi sungguh banyak pembelajaran yang kudapat, tentang sabar dan ikhlas, tentang kematian yang sesungguhnya teramat dekat dengan kita dan tentang keyakinan akan indahnya rencana Tuhan.


“Sungguh Kami benar-benar akan menguji kamu sekalian agar Kami mengetahui orang-orang yang berjuang dan orang-orang yang sabar di antara kamu sekalian.”
 (QS. Muhammad:31)

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa batas.”
(QS. Az Zumar:10)


"Musibah yang engkau terima semata-mata karena Allah, adalah lebih baik bagimu daripada nikmat yang menjadikan engkau lupa mengingat Allah."
 (Ibnu Taimiyyah)



2 komentar: