Jumat, 09 Mei 2014

Kangen


Saya ingin bercerita sedikit, tapi mungkin juga akan jadi panjang pada ahirnya. Tentang sebuah SMS dari nomor yang sudah saya hafal siapa pemiliknya, saya terima pukul 04.47 pagi tadi, begini isinya

“ki, sudah solat shubuh belum? Kalau memang masih banyak urusan di kantor yang harus diselesaikan, ke dokter dulu pagi-pagi sebelum ke kantor. Atau pulang dulu sajalah ki, ikut sama Mbah Min pake mobilnya, kamu itu sakit karena kepengen pulang, pengen ketemu sama orang tua. Atau kalau engga, kamu pulang sabtu saja naik kereta”

Isi SMS ini sudah saya terjemahkan dalam bahasa Indonesia meski EYDnya mungkin masih berantakan, sebab hawatir barangkali beberapa dari kalian tidak mengerti bahasa jawa-Cirebon.

Pengirim SMS itu adalah Bapak saya. Meski semalam sudah ngomong lewat HP perihal rencana saya untuk pulang ke Cirebon ahir bulan ini, tapi nampaknya beliau terlalu hawatir dengan kondisi badan saya yang memang 3 hari belakangan ini sedikit bermasalah, saya tidak pernah sampaikan perihal itu tapi saat ditelepon semalam beliau seperti orang yang tahu kalau ada yang tidak beres dengan kondisi badan anaknya. “ kamu kok suaranya aneh, bindeng, sakit yah?” berkali-kali beliau tanyakan itu disela-sela percakapan kami , meski sudah saya jelaskan hanya flu karena kehujanan (bagian ini saya bohong ke Bapak karena takut tambah hawatir) tapi suara batuk saya yang terdengar berat menambah kehawatirannya. Dan nyata saja, pagi-pagi sudah SMS menyuruh saya agar pulang kampung lebih cepat.

Saya mengiyakan permintaannya, karena mungkin saja benar apa yang beliau katakan bahwa sakit saya dikarenakan kangen dengan orang tua, meski secara logika sulit dipercaya karena saya bukan orang yang bertahun-tahun tidak pulang seperti bang toyib, terlebih tanggal 3 april kemaren saya pulang kampung selama 3 hari disana. Sebenarnya, dua minggu belakangan ini memang pola makan sedang saya rubah agar lebih sehat dan mungkin saja sakit ini diakibatkan karena lambung saya yang memang sudah bermasalah sejak dulu kaget dengan perubahan pola makan baru, atau memang sedang ada virus yang mengganggu daya tahan tubuh saya, atau entah apa menyebab pasti secara medisnya. 

Pada ahirnya Saya mengerti, ini semata-mata karena kehawatiran meraka terhadap saya yang sejak kecil memang sudah sering merepotkan dan melatih jantung mereka (baca: hawatir) karena sering masuk dan keluar rumah sakit setiap tahunnya, atau bisa jadi sebenarnya mereka yang sangat kangen dengan saya (bagian ini saya mengakui klo ‘GR’ hahaha :D).

Yah, saya akan pulang Sabtu besok dengan kereta keberangkatan jam 06.10 pagi dari setasiun Senen- Jakarta menuju Stasiun Kejaksan – Cirebon, Insya Allah. Semoga Allah memudahkan semua rencana ini dan tentu memberikan kesehatan serta keselamatan untuk saya dan keluarga saya di kampung sana.

Maka nikmat Tuhanmu yang mana yang kamu dustakan?

Kamis, 08 Mei 2014

Sepele tapi Penasaran

Pagi tadi di angkot menuju kantor. Bapak tua berjenggot dengan anak gadis manisnya kulihat sedang berbincang serius. Bapak tua berjenggot itu kutaksir umurnya mungkin 45thn dan gadis manis yg sedari tadi digenggam erat tangannya, yang selalu menunduk sepanjang berada diangkot itu kutaksir umurnya 19thn. Saya tidak tahu perbincangan awal antara bapak dan anak itu. Tapi ada yang menarik disini, mungkin juga terdengar menggelitik. Saat tiba-tiba saja bapak tua itu bicara begini

"kamu jangan melulu selalu serius, hidup akan terasa sulit. Bagaimana tidak kecoa mati saja kamu ratapi bahkan berniat kamu tahlili. Bagaimana kamu menghadapi masalah yg besar nanti?"

Saya merasa sedikit tersindir perihal terlalu serius menjalani hidup. Tapi saya bingung tidak habis pikir, benarkah sigadis sampai meratapi saat kecoa mati bahkan berniat menahlilinya?

Masih terfikir dibenak saya hingga saat ini tentang si gadis yg meratapi kematian kecoa. Apa kecoa adalah binatang kesukaannya? Ah tp rasanya kok tidak mungkin, atau itu hanya kiasan dari bapak tua. Entahlah,  sampai saat ini saya belum menemukan jawabannya. Ditengah perjalanan bapak tua dan anak gadis itu turun dari angkot sebelum sempat kutanyakan maksud sebenarnya.

Eh tapi, tidakkah saya sadar. Bahwa hal sepele seperti ini saja masih juga saya fikirkan hingga detik ini. benarkah hidup terlalu serius kujalani?