Pagi tadi di
angkot menuju kantor. Bapak tua berjenggot dengan anak gadis manisnya kulihat sedang berbincang serius. Bapak tua
berjenggot itu kutaksir umurnya mungkin 45thn dan gadis manis yg sedari tadi
digenggam erat tangannya, yang selalu menunduk sepanjang berada diangkot itu
kutaksir umurnya 19thn. Saya tidak tahu perbincangan awal antara bapak dan anak
itu. Tapi ada yang menarik disini, mungkin juga terdengar menggelitik. Saat tiba-tiba saja bapak tua itu bicara
begini
"kamu jangan melulu selalu
serius, hidup akan terasa sulit. Bagaimana tidak kecoa mati saja kamu ratapi
bahkan berniat kamu tahlili. Bagaimana kamu menghadapi masalah yg besar nanti?"
Saya merasa sedikit tersindir
perihal terlalu serius menjalani hidup. Tapi saya bingung tidak habis pikir,
benarkah sigadis sampai meratapi saat kecoa mati bahkan berniat menahlilinya?
Masih terfikir dibenak saya
hingga saat ini tentang si gadis yg meratapi kematian kecoa. Apa kecoa adalah
binatang kesukaannya? Ah tp rasanya kok tidak mungkin, atau
itu hanya kiasan dari bapak tua. Entahlah, sampai saat ini saya belum menemukan
jawabannya. Ditengah perjalanan bapak tua dan anak gadis itu turun dari angkot
sebelum sempat kutanyakan maksud sebenarnya.
Eh tapi, tidakkah saya sadar. Bahwa hal sepele seperti ini saja masih juga saya fikirkan hingga
detik ini. benarkah hidup terlalu serius kujalani?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar