Selasa, 29 April 2014

Indahnya Saling Mengingatkan

Pagi tadi tepat pukul 05.30 WIB

Entah bermuara dari mana sepagi ini grup BBM keluarga sudah rame dengan masalah perjodohan yang ditujukan untuk saya. Saya yang merasa tidak pernah ada perbincangan apapun mengenai itu dengan wali saya Bapak, Ummi, Kakak atau bahkan dengan siapapun merasa gerah, kondisi badan yang sedang kurang baik karena sudah beberapa hari ini pekerjaan memaksa saya untuk lembur serta tamu bulanan yang datang bertepatan membuat volume emosi saya sedikit error pengaturannya (alibi, padahal selalu sensitive kalo ngomongin masalah perjodohan) walhasil saya terpancing, dan sepagi ini sudah memarahi 2 adik sepupu.

Masalah jodoh memang sudah diatur oleh Allah, dan saya mengimani perihal diperintahkanNya untuk berusaha, Berdo’a serta memantaskan diri sebab “ … wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)” (QS. An-Nuur : 26)

Perjodohan biasanya menjadi hal yang wajar terjadi di kalangan pesantren tradisional, terutama di kampung saya. Kata mereka, tujuannya agar menjaga Nasab atau garis keturunan, sebab mereka sudah mengenal betul tentang bagaimana Agamanya, hingga bibit, bebet dan bobotnya. contohnya Kakek dengan Nenek, Paman dengan Bibi, kakak dengan kakak ipar saya, meraka adalah hasil dari perjodohan yang tentu sudah terencana dengan matang sejak dini. Tapi menurut saya, perjodohan yang direncanakan tidak selalu harus benar-benar terjadi sesuai dengan kehendak, sebab kita hanya manusia. Jika memang sudah Allah jodohkan maka kedua hati akan ditautkan dan segala prosesnya dimudahkan, tapi jika memang Allah takdirkan tidak berjodoh seharusnya kita tidak memaksakan, sebab kita hanya manusia yang cukup sampai di tahap berusaha dan berdoa, memutuskan siapa jodoh kita adalah bagian Allah.



Pagi itu, diperjalanan menuju kantor satu pesan di HP saya terima, dari teman kantor, rutinitas pagi hari untuk memberikan semangat dan mengingatkan dalam hal kebaikan masih istiqomah beliau jalankan, kurang lebih begini isinya :

“kesempurnaan manusia terletak pada usaha untuk terus menerus memperbaiki diri hingga kematiannya. Saat kita diuji itu adalah ladang/kesempatan yang Allah berikan untuk bagaimana seharusnya kita bersikap. BERSABARLAH, sebab “apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan “ kami telah beriman” sedang mereka tidak diuji? “ (QS. Al-Ankabut: 2)”


Ah benar-benar menohok, Astaghfirullah, semoga Allah mengampuni dan adik sepupu memaafkan, tidak sepantasnya saya begitu, semoga Allah selalu menjaga. Begitulah indahnya persahabatan karena Allah, saling mengingatkan dalam hal kebaikan. terimakasih Pak... Jazakallah Khoiron Katsiron.