Kamis, 09 Agustus 2012

Apa Salahnya Menjomblo?


Masih ingat dengan masa-masa SMA dulu?, aku rasa semuanya sepakat jika memory  tentangnya masih tersimpan baik dalam otak kita, karena biasanya masa SMA begitu  banyak hal baru yang kita dapat, kebanyakan meraka bilang masa dimana kita mencari jati diri, masa pedewasaan/pembelajaran, masa yang sangat berwarna, masa-masa yang indah, dan aku sepakat dengan kata “indah”  namun bukan berarti didalamnya tidak ada masalah atau masa setelahnya tidak indah ya teman-teman :h:

Membicarakan masalah SMA  pasti selalu melekat dengan hal-hal seperti prestasi diorganisasi, kakak angkat dan adik angkat, persahabatan dan “percintaan”, karena kesemuanya itu sangat mendominasi. tapi yang akan saya bahas disini perihal percintaannya saja teman-teman , sebab jika tidak entah akan berapa lembar  hasilnya. Baiklah langsung ke inti penbicaraan.

Berawal dari teman kemudian pacaran, tidak sedikit juga yang mengawaliya dengan kakak  adik angkatan dulu baru pacaran, begitulah kira-kira proses singkat yang aku amati. Tapi itu semua tidak berlaku untuk aku, proses percintaan yang aku alami sangat unik dan menggelikan. Penasarankan? Beginilah prosesnya “Berteman kemudian berteman, kakak adik angkatan kemudian  masih dengan kakak adik angkatan”,*emo cemberut* huuuff temen-temen boleh tertawa karena tau bahwa tidak ada  yang bermuara ke pacaran. Entah karena apa awalnya aku juga tidak faham, “akunya kali yang engga welcome?” Ah engga juga kok, “pilih-pilih?” Apalagi itu, “kalo begitu ndak laku?” Enak ajaaaa, aku yakin bukan karena itu, sebab sewaktu kelas X dan XI ada dua orang yang menyatakan cintanya padaku *eciiieeee*. Menurut salah satu temenku, itu semua karena aku yang terlalu cuek dan sibuk dengan segudang kegiatan organisasiku, Bendahara OSIS, ketua MADING, Kesenian (qasidah) dan Sekretaris ROHIS, mana ada waktu untuk pacaran katanya, setelah kufikir-fikir ada benarnya juga walaupun tidak sepenuhnya tepat.

Perasaan ingin ada yang mengerti, ingin ada yang merhatiin lebih, ingin seperti teman-teman lainnya sangat ada dalam hati, tapi selalu hilang dan timbul, terlupakan jika sudah sibuk dengan agenda OSIS dan MADING, belum lagi jadwal ngajiku *walopun kadang ngaji sambil tidur :)*. “Terus pernah jatuh cinta ngga?” Wah sembarangan nih klo ada yang nanya begini, aku manusia normal kali sob *emo manyun* jawabannya adalah seriiiiinggg :), melihat cowo pintar banget nahwu dan sorof aku langsung jatuh cinta, ngeliat cowo pinter aku juga langsung jatuh cinta, ngeliat cowo santun, baik hati, dan rajin duha apalagi hehehe *pletok, dilempar bakiak*, iyalah sob siapa pula yang ngga kesemsem sama cowo yang aku sebutin diatas apalagi saat itu ababil banget. Jawaban yang sebenarnya adalah pernah jatuh cinta. Tentu saja kawan, karena Allah menganugerahkan cinta pada setiap mahluk yang bernyawa, pada manusia, binatang dan tumbuhan hanya saja pengekspresiannya yang berbeda, terlebih cinta memiliki tingkatan/kelas *kaya sekolah aje*, hanya saja saya tidak pernah mengutarakannya dan mengikatnya dengan suatu hubungan yang disebut pacaran. Bukan karena kehebatan saya yang mampu menahan rasa cinta, atau kehebatan saya yang tahan untuk tidak berpacaran, melainkan karena keyakinan saya tentang banyaknya kemudhorotan dari pacaran, dan berbahayanya pacaran, dan juga tentu saja karena Allah yang menjaga hati ini.

Walaupun dulu saya bersekolah di Madrasah Aliyah Negri (MAN) yang notabennya Agamis dan lagi berada dilingkungan Pesantren dan siswa siswinya didominasi oleh santri, tidak sedikit juga yang terikat dengan tali percintaan *walaaupun gaya pacarannya ga separah jaman sekarang*, sekeras apapun pesantren melarang dan setegas apapun sekolah mengancam, pacaran tetap ada, sebab  kata kuncinya ada pada prinsip pribadi masing2 yang kemudian Allah gerakkan untuk tidak melakukannya.


Sebenarnya perihal proses saya yang tidak pernah bermuara pada pacaran dulu hingga sekarang tidak lain karena saya merasa masih sangat rapuh imannya, masih sangat dangkal ilmu agamanya, belum mampu mengendalikan hawa nafsu, terlebih masih terus menus belajar mengerti tentang cinta yang sesungguhnya. Bagaimana bisa saya berani untuk berpacaran sedangkan iman saya masih sangat rapuh, sedangkan pacaran identik dengan berpegangan tangan mesra, jalan berduaan, malam mingguan, bahkan berciuman *nauzubillah..* bukan, bukan saya merasa suci, tentu saja banyak sekali dosa *semoga Allah mengampuni*, saya juga pernah bersalaman dengan laki-laki (Salam organisasi) dan kesalahan-kesalahan lainnya yang saya yakin sangat menggunung, saya hanya tidak ingin menambah dosa yang diakibatkan dari pacaran, karena setan tidak akan berhenti menggoda kita dari atas, bawah, kanan dan kiri, terlebih saya semakin takut dengan gaya pacaran muda mudi jaman sekarang, ikatan pacaran seolah memberikan kunci/izin masuk kepada setan untuk menggoda. dan masa-masa SMA itulah ujian terberat untuk mempertahankan kejombloanku.

Jomblo bukan suatu kesalahan tapi pilihan, bukan salah kedua orang tuaku yg mendidik, bukan juga karena lingkungan atau tempat tinggalku yang di kelilingi puluhan pesantren *kampung pesantren*, dan bukan juga karena wajahku yang pas-pasan atau badanku yang gemuk sebab setauku  pacaran hanya akan mengotori hati dan kesucian cinta itu sendiri, terlebih Islam tidak pernah mengajarkan perihal itu, Menjomblo adalah pilihan yang insya Allah diridhoi Allah bukan karena tidak laku teman, tapi karena kita ingin menjaga diri kita dari hal-hal yang Allah murkai. Janji Allah pasti teman bahwa perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, begitu juga sebaliknya,  jadi jangan takut disalahkan, karena menjomblo bukan suatu kesalahan melainkan pilihan/prinsip. Dan jangan pernah galau karena menjomblo teman :).



"Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk."
 (QS. Al-Israa': 32)

“Katakanlah: “Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” 
(QS Az Zumar: 53)








 

Selasa, 07 Agustus 2012

Sebab Engkau yang berkuasa


Masjid Baiturrahim H. Rais Kramat Lontar. Malam itu seusai sholat tarawih Nia yang sedari tadi terlihat sangat sedih menghampiri, dia duduk menunduk disampingku sesekali mengusap air matanya menungguku selesai bersalam-salaman, entah apa yang membuatnya terlihat begitu hancur kala itu

"Assalamualaikum Nia" sapaku membuyarkan lamunannya

belum juga sempat kutanyakan mengapa, tubuh mungilnya sudah jatuh kepelukanku, bergetar hebat dan menangis sejadinya, dia selalu begitu jika sedang dalam masalah, dia sangat manja terhadapku. reaksiku selalu sama seperti waktu dulu, ketika dia menangis menceritakan kartu ATMnya yang tertelan oleh mesin. Aku diam memberinya sedikit ruang kemudian kubalas dia erat, mengusap punggung dan kepalanya, namun ada yang berbeda kali ini, lima menit sudah berlalu tapi kata tak kunjung kudengar, hanya tangis dan pelukannya yang semakin erat seolah tak ingin ditanya, biasanya dia selalu tak sabar ingin segera menceritakan permasalahannya. penasaran, kuputuskan untuk melepasnya, memandangnya lama, oh Rabb ada luka dimatanya, luka yang entah apa penyebabnya, begitu dalam hingga aku tak kuasa melihatnya, kupeluk lagi dia erat, sangat erat, berharap bisa sedikit menenangkannya, tapi tangisnya semakin pecah. Satu jam sudah berlalu, nia masih menangis, ah tapi kurasa sudah cukup memberinya waktu, Nia melepaskan pelukannya seolah  mengerti kehawatiranku

"ada apa de, ko nangis?" ucapku memulai perbincangan

" Nia tau nia harus ikhlas atas semua yang Allah tetapkan untuk nia" ucapnya dalam isak yang kujawab dengan anggukan pelan

"waktu nia kecopetan, ATM ketelen, sampai ga punya uang sama sekali kaka selalu bilang...hiks....hiks...." kalimatnya terputus karena tangisnya yang semakin menjadi 

".....nia harus sabar dan ikhlas... hiks...hiks.... kalo Allah akan menggantinya lebih banyak lagi, kalo Allah sedang menguji kesabaran nia " lanjutnya masih dengan tangis

"iya kamu betul de " potongku sambil mengusap airmata dan membetulkan jilbabnya

"tapi kali ini nia harus bagaimana kaka....." tangisnya tumpah, benar-benar tumpah, membuat hati yang mendengarnya ngilu. 

"mamah meninggal ka..." lanjutnya pelan, sangat pelan namun mampu merontokkan iman, mengeringkan kerongkongan dan meluluhlantahkan kesabaran. bukan hanya tangisnya yang memuncak, bendungan air mataku pun bobol, sekuat tenaga kutahan, berusaha menenangkan diri, menguatkan diri sebelum berperang untuk menenangkannya. aku peluk dia sangat erat, berusaha memberi energi yang sebenarnya sudah entah keberadaannya

" Innalillahi wainna Ilaihi rojiun, Allahummaghfirlahaa warhamhaa wa aafihaa wa'fu'anhaa..... ucapku dalam doa

dua jam sudah keberadaan kami di masjid ini, kuusap air matanya, ku rapikan jilbabnya dan kupapah dia keluar menuju kosanku yang hanya lima langkah dari masjid tanpa kata, dia tidak berontak tubuhnya lemas menurut saja kutuntun hingga ke pembaringan.

Di kosan. Setelah sedikit tenang nia bercerita kalau kemarin pagi mamahnya meninggal setelah sholat subuh tanpa sebab sakit atau apapun, hari dimana nia harusnya mengikuti lomba tilawah Al-qur’an tingkat jawa barat, kabar itu dia dengar dari salah satu paman yang menjemputnya dikosan untuk ke bandung. Ah aku bingung harus bagaimana, sudah lama aku tahu kalo Nia anak semata wayang, sedang ayahnya sudah meninggal sejak lima tahun umurnya, dan artinya hanya kerabat jauh yang nia punya saat ini, dan yang tidak habis fikir olehku adalah nia langsung nekat pergi ke Jakarta setelah pemakaman ibunya selesai, tapi aku faham kenapa dia melakukan itu, karena dia sangat terpukul, terlebih karena disana tidak ada yang bisa dia ajak untuk berbagi, semua kerabatnya begitu cuek, mungkin karena posisi nia yang hanya sebagai anak angkat ibunya, oh Rabb aku yakin rencanamu selalu indah, tapi ku mohon berilah nia kekuatan, pintaku dalam doa

“Nia harus kuat, harus ikhlas karena pada hakekatnya semua adalah milik Allah. kamu, kakak, papah, mamah, Langit, bumi dan semua kehidupan milik Allah” ungkapku sehalus mungkin

“ kaka yakin nia bisa melewati ini dengan ikhlas dan tawakkal. Nia percayakan bahwa Allah tidak menciptakan/menghendaki segala sesuatunya dengan percuma, nia harus tetap yakin bahwa rencana Allah adalah yang terbaik untuk kita” lanjutku
Kulirik nia hanya mengangguk dan sesekali mengusap air matanya

“ini adalah bulan suci ramadhan, kaka yakin nia masih ingat betapa banyak orang yang mendambakan meninggal dibulan ini karena janji Allah akan kebebasan siksa kubur bagi mereka. Insya Allah mamah dan papa sudah sangat bahagia disana, mereka adalah orang yang insya Allah penghuni syurga”

Kuperhatikan matanya terpejam dengan mulutnya bergerak mengamini perkataanku

“Aamiin, Allahummaghfirlahaa warhamhaa wa aafihaa wa'fu'anhaa.....  Ya Allah nia ikhlas atas kepergian mamah, jaga dia, tempatkanlah dia di tempat yang terbaik Allahummaghfirlii waliwalidayya warhamhuma kama robbayani soghiro Berikanlah kelapangan hati serta kemudahan atas segala sesuatunya kepadaku” ucapnya lebih tenang

Ku rangkul dia ku amini setiap kata yang keluar dari mulutnya, Alhamdulillah niaku sangat luar biasa, menenangkannya tak sesulit yang ku bayangkan, ah lega rasanya dia sudah sangat dewasa, Al-Quran menuntunnya menjadi pribadi yang semakin menakjubkan. Gumamku sebelum ahirnya ku bisikkan niatku mengantarkannya pulang ke bandung untuk mengurus pengajian dirumahnya besok.

Jujur bahwa ada secercah kehawatiran dalam hati tentang bagaimana kelak dia menghadapi setiap jengkal kehidupannya sendiri, tanpa kedua orang tua disisinya, tentang siapa yang akan menjadi penggati mengobarkan bara semangat, tentang kepada siapa dia akan bermanja mengadu segala apapun jika tidak ada mereka, kedua orang tuanya, dan lain-lain tentangnya. Nia sudah tenang, tapi aku yang kini menangis memikirkannya. Astaghfirullah…. Begitu lemahnya hati saya, kenapa saya lupa bahwa ada yang lebih berhak atas semuanya, atas nia, kedua orang tuanya dan atas kehidupan dan mati kami, semua telah tertulis di Lauh Mahfudz tanpa ada yang terlewat sediktipun. 

Malam itu penuh luka, tapi sungguh banyak pembelajaran yang kudapat, tentang sabar dan ikhlas, tentang kematian yang sesungguhnya teramat dekat dengan kita dan tentang keyakinan akan indahnya rencana Tuhan.


“Sungguh Kami benar-benar akan menguji kamu sekalian agar Kami mengetahui orang-orang yang berjuang dan orang-orang yang sabar di antara kamu sekalian.”
 (QS. Muhammad:31)

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa batas.”
(QS. Az Zumar:10)


"Musibah yang engkau terima semata-mata karena Allah, adalah lebih baik bagimu daripada nikmat yang menjadikan engkau lupa mengingat Allah."
 (Ibnu Taimiyyah)