Masih ingat dengan masa-masa SMA
dulu?, aku rasa semuanya sepakat jika memory
tentangnya masih tersimpan baik dalam otak kita, karena biasanya masa
SMA begitu banyak hal baru yang kita
dapat, kebanyakan meraka bilang masa dimana kita mencari jati diri, masa
pedewasaan/pembelajaran, masa yang sangat berwarna, masa-masa yang indah, dan
aku sepakat dengan kata “indah” namun
bukan berarti didalamnya tidak ada masalah atau masa setelahnya tidak indah ya
teman-teman :h:
Membicarakan masalah SMA pasti selalu melekat dengan hal-hal seperti
prestasi diorganisasi, kakak angkat dan adik angkat, persahabatan dan
“percintaan”, karena kesemuanya itu sangat mendominasi. tapi yang akan saya
bahas disini perihal percintaannya saja teman-teman , sebab jika tidak entah
akan berapa lembar hasilnya. Baiklah
langsung ke inti penbicaraan.
Berawal dari teman kemudian pacaran, tidak sedikit juga yang mengawaliya dengan kakak adik angkatan dulu baru pacaran, begitulah kira-kira proses singkat yang aku amati. Tapi itu semua tidak berlaku untuk aku, proses percintaan yang aku alami sangat unik dan menggelikan. Penasarankan? Beginilah prosesnya “Berteman kemudian berteman, kakak adik angkatan kemudian masih dengan kakak adik angkatan”,*emo cemberut* huuuff temen-temen boleh tertawa karena tau bahwa tidak ada yang bermuara ke pacaran. Entah karena apa awalnya aku juga tidak faham, “akunya kali yang engga welcome?” Ah engga juga kok, “pilih-pilih?” Apalagi itu, “kalo begitu ndak laku?” Enak ajaaaa, aku yakin bukan karena itu, sebab sewaktu kelas X dan XI ada dua orang yang menyatakan cintanya padaku *eciiieeee*. Menurut salah satu temenku, itu semua karena aku yang terlalu cuek dan sibuk dengan segudang kegiatan organisasiku, Bendahara OSIS, ketua MADING, Kesenian (qasidah) dan Sekretaris ROHIS, mana ada waktu untuk pacaran katanya, setelah kufikir-fikir ada benarnya juga walaupun tidak sepenuhnya tepat.
Perasaan ingin ada yang mengerti,
ingin ada yang merhatiin lebih, ingin seperti teman-teman lainnya sangat ada
dalam hati, tapi selalu hilang dan timbul, terlupakan jika sudah sibuk dengan
agenda OSIS dan MADING, belum lagi jadwal ngajiku *walopun kadang ngaji sambil
tidur :)*.
“Terus pernah jatuh cinta ngga?” Wah sembarangan nih klo ada yang nanya begini,
aku manusia normal kali sob *emo manyun* jawabannya adalah seriiiiinggg :), melihat cowo pintar
banget nahwu dan sorof aku langsung jatuh cinta, ngeliat cowo pinter aku juga
langsung jatuh cinta, ngeliat cowo santun, baik hati, dan rajin duha apalagi
hehehe *pletok, dilempar bakiak*, iyalah sob siapa pula yang ngga kesemsem sama
cowo yang aku sebutin diatas apalagi saat itu ababil banget. Jawaban yang
sebenarnya adalah pernah jatuh cinta. Tentu saja kawan, karena Allah menganugerahkan
cinta pada setiap mahluk yang bernyawa, pada manusia, binatang dan tumbuhan hanya
saja pengekspresiannya yang berbeda, terlebih cinta memiliki
tingkatan/kelas *kaya sekolah aje*, hanya saja saya tidak pernah
mengutarakannya dan mengikatnya dengan suatu hubungan yang disebut pacaran. Bukan
karena kehebatan saya yang mampu menahan rasa cinta, atau kehebatan saya yang
tahan untuk tidak berpacaran, melainkan karena keyakinan saya tentang banyaknya
kemudhorotan dari pacaran, dan berbahayanya pacaran, dan juga tentu saja karena Allah yang menjaga hati ini.
Walaupun dulu saya bersekolah di
Madrasah Aliyah Negri (MAN) yang notabennya Agamis dan lagi berada dilingkungan
Pesantren dan siswa siswinya didominasi oleh santri, tidak sedikit juga yang
terikat dengan tali percintaan *walaaupun gaya pacarannya ga separah jaman
sekarang*, sekeras apapun pesantren melarang dan setegas apapun sekolah
mengancam, pacaran tetap ada, sebab kata
kuncinya ada pada prinsip pribadi masing2 yang kemudian Allah gerakkan untuk
tidak melakukannya.
Sebenarnya perihal proses saya yang
tidak pernah bermuara pada pacaran dulu hingga sekarang tidak lain karena saya
merasa masih sangat rapuh imannya, masih sangat dangkal ilmu agamanya, belum mampu
mengendalikan hawa nafsu, terlebih masih terus menus belajar mengerti tentang cinta
yang sesungguhnya. Bagaimana bisa saya berani untuk berpacaran sedangkan iman
saya masih sangat rapuh, sedangkan pacaran identik dengan berpegangan tangan
mesra, jalan berduaan, malam mingguan, bahkan berciuman *nauzubillah..* bukan,
bukan saya merasa suci, tentu saja banyak sekali dosa *semoga Allah mengampuni*,
saya juga pernah bersalaman dengan laki-laki (Salam organisasi) dan
kesalahan-kesalahan lainnya yang saya yakin sangat menggunung, saya hanya tidak
ingin menambah dosa yang diakibatkan dari pacaran, karena setan tidak akan
berhenti menggoda kita dari atas, bawah, kanan dan kiri, terlebih saya semakin
takut dengan gaya pacaran muda mudi jaman sekarang, ikatan pacaran seolah memberikan
kunci/izin masuk kepada setan untuk menggoda. dan masa-masa SMA itulah ujian terberat untuk mempertahankan kejombloanku.
Jomblo bukan suatu kesalahan tapi pilihan, bukan salah kedua orang tuaku yg mendidik, bukan juga karena lingkungan atau tempat
tinggalku yang di kelilingi puluhan pesantren *kampung pesantren*, dan bukan
juga karena wajahku yang pas-pasan atau badanku yang gemuk sebab setauku pacaran hanya akan mengotori hati dan kesucian cinta itu sendiri,
terlebih Islam tidak pernah mengajarkan perihal itu, Menjomblo adalah pilihan yang
insya Allah diridhoi Allah bukan karena tidak laku teman, tapi karena kita ingin
menjaga diri kita dari hal-hal yang Allah murkai. Janji Allah pasti teman bahwa
perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, begitu juga sebaliknya, jadi jangan takut disalahkan, karena menjomblo
bukan suatu kesalahan melainkan pilihan/prinsip. Dan jangan pernah galau karena
menjomblo teman :).
"Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji. Dan suatu jalan yang buruk."
(QS. Al-Israa': 32)
“Katakanlah: “Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
Kisahnya menarik :)
BalasHapusSemoga istiqomah menjomblo, hingga pada saatnya kita pacaran setelah akad nikah saja ^^
Pacaran yang bernilai ibadah tentunya
Salam ukhuwah, ukhti ^^
aamiin, yuapz pacaran dengan suami saja nanti :)
Hapussalam ukhuwah juga mbae ^^
oh anak MAN :))
BalasHapussiplah, jomblo itu nasib, single itu pilihan...
single belum tentu gak laku.. :D
hihi iya ^^
Hapusapa bedanya single sama jomblo maz?
hari gini memang terkesan harus punya pacar, padahal punya pacar juga belum tentu menyenangkan, malah bisa jadi menyakitkan, mudah2an gak sempet pacaran yaa, ta'aruf aja dan langsung walimah ;)
BalasHapushe eh setuju mba ^^
Hapusaamiin, mudah2an ta'aruf langsung nikah :)
eh tapi mgomong2 mba NF dah nikah belum? #kepo
jomblo itu nasib, single itu pilihan. :)
BalasHapusJomblo itu pilihan single itu prinsip #OKsiip
Hapushehehe ^^
salam kenal, terimakasih sudah mampir ^^
artikelnya bagus.. :)
BalasHapusterimakasih
Hapussalam kenal ya ^^