Senin, 23 April 2012

Take and Give

Assalamu'alaikum Sahabat semua.... lama tidak menyapa setelah sakit kemaren. Sehat semuakan? semoga *berdoa* baiklah, sajian kali ini agak serius yuk *senyum lebar*
Seringkali orang menjadi terheran-heran melihat fenomena mengapa seseorang itu menjadi sangat dermawan, mengapa seseorang itu menjadi sangat pemurah, atau mengapa seseorang itu menjadi sangat ringan tangan membantu orang yang kesulitan.
Beragam alasan bisa kita dapatkan , bisa jadi orang dermawan karena ingin dipuji dan disanjung orang lain sebagai seorang yang suka berderma, bisa jadi seseorang itu sangat pemurah karena dia mempunyai perhitungan agar dia mendapatkan sesuatu dari yang barusan diberinya, atau mungkin juga orang menjadi sangat ringan tangan karena ada pamrih-pamrih tertentu yang nantinya dia harapkan dapat dia terima.
Secara umum memberi adalah sesuatu aktivitas yang menyebabkan berkurangnya sesuatu yang kita miliki, apapun. Sehingga ditinjau dari sisi perhitungan apapun maka ketika memberi berarti akan mengurangi asset yang kita miliki. Itu tadi adalah perpekstip yang terbentuk atau persepsi atau pandangan dari sisi kehidupan duniawi.
Sementara dari sisi agama, banyak sekali anjuran, perintah ataupun himbauan agar kita menjadi orang-orang yang bersifat pemberi atau menjadi orang yang dermawan, nah apabila kita tinjau dari perspektif sebagaimana tadi maka apakah kemudian agama menjadikan orang tersebut “bangkrut” ? karena bisa jadi kemudian muncul orang-orang yang karena dorongan agamanya menjadi orang yang sangat pemberi ,atau menjadi orang yang sangat dermawan. Dan ini kalaulah kedermawanan itu secara matematis berarti mengurangi asset maka logikanya asset dari orang yang pemberi tadi atau orang yang dermawawn tadi lama –kelamaan akan berkurang banyak. (ah ribet ya kawan bahasanya tapi lanjut sajalah..) Kemudian yang menjadi pertanyaan apakah pernah terjadi seseorang yang dermawan, dan ikhlas karena dorongan agaman kemudian menjadi bangkrut? Dan ternyata jawabannya bahwa belum pernah dalam sejarah terjadi orang yang sangat dermawan , rajin memberi, kemudian bangkrut, mengapa?
Rahasia tentang masalah ini sebenarnya terletak pada "tauhid", yakni sejauh mana keyakinan seseorang dalam meyakini perintah-perintah dari Allah dan Rasulnya, memang secara hukum duniawi sebagaimana tadi sudah kita bahas, bahwa jelas sekali ketika kita memberi maka dengan sendirinya telah berkurang asset kita, akan tetapi kemudian Allah dengan ke MahaanNya, memiliki skenario tersendiri, yakni menambah asset orang tersebut melalui beragam cara, beragam bentuk,beragam metoda, baik langsung maupun tidak langsung yang ujung-ujungnya dalam perjalanan waktu maka asset orang si pemberi tadi bertambah. Itulah yang kita namakan Take dari Allah SWT, jadi untuk mendapatkan Take nya Allah SWT maka kita harus mau untuk GIVE.
>>> Fenomena Take and Give dalam dunia bisnis.
Salah Seorang pernah bercerita bahwa dia sama sekali buta dengan ilmu marketing akan tetapi fakta menunjukkan bahwa dialah seorang yang justru mampu memberikan kontribusi market terbesar dibanding dengan divisi atau direktorat pemasaran yang dia bentuk diperusahaan tersebut. Apa yang menjadi rahasianya, maka dia mengatakan bahwa “Saya setiap ketemu dengan calon klien atau siapapun yang berpotensi menajdi klien saya, maka yang terpikir oleh saya adalah niat ikhlas untuk dapat memberi atau berkontribusi bagi kemajuan perusahaan tersebut, kebetulan dia berlatar belakang Ekspert dibidang Financial Enginering, sehingga kemanapun dia siltaurahim, kemanapun dia ketemu klien, maka mula-mula yang dia tawarkan adalah bukan produk perusahaannya akan tetapi sapaan lembutnya, bersahaja dan penuh sopan santun “Apa yang bisa kami Bantu untuk perusahaan Bapak, kebetulan saya punya kompetensi ini dan itu, kebetulan saya punya network kesana dan kesitu, barangkali ada yang bisa dimanfaatkan?, maka rata-rata para klien dengan senang hati menyambut uluran tadi, dan jadilah dia menjadi konsultan yang free of charge. Dan kemudian apa yang terjadi, tatkala dia asik menyimak paparan progress report dari Direktur Marketing dan jajarannya tentang susahnya menembus perusahaaan-perusahaan yang menajdi target marketnya, tiba-tiba telepon diseberang sana berdering, dari salah satu CEO yang menanyakan apakah produk perusahaannya tadi dapat diuji coba ditempatnya, ketika dia mengatakan kepada Direktur Pemasaran dan jajarannya agar menindaklanjuti tawaran uji coba tadi, maka dengan serta merta mereka terbengong-bengong karena perusahaan tersebut ternyata yang merupakan salah satu perusahaan yang paling sulit ditembus, mereka bercerita bahwa proposal tidak pernah bisa sampai ke level CEO, pada level bawah mereka sudah dijegal,sehingga akhirnya gagal. Lalu mereka serempak menanyakan apa kiat Bapak bisa dapat prospek ini, dia hanya menjawab singkat “Give!!!”
Inilah barangkali yang sering terlupa oleh kita, kekuatan sang Maha Kuasa yang mampu membolak balikkan hati manusia sering tidak pernah kita perhitungkan. Dalam Prophetic Management justru kekuatan ilahiah menjadi faktor yang harus menjadi fokus perhatian, salah satu bentuknya adalah bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai ilahiah tadi dalam konteks hubungan bisnis. Dan tentu yang menjadi dasar adalah niat yang ikhlas,dan ketika sudah ikhtiar berserah dirilah kepada Yang Maha Segalanya Allah SWT. Jadi kalaulah berkembang ilmu-ilmu marketing tentu itu hanyalah sebagai sebuah pendekatan saja, jangan kita sombong dengan ilmu itu saeolah-olah semua apa yang kita mau dapat kita capai.
hooaaammmmm jadi ngantuk gara-gara terlalu serius...

4 komentar:

  1. yup.. belum pernah ada orang bangkrut gara2 menjadi dermawan, kalau hitungan manusia sih bisa jadi bangkrut tapi.. hitungan Sang Maha Pemberi Rizki kan beda :)

    BalasHapus
  2. he eh.... tapi justru banyak yg bangkrut gara2 ga dermawan loh.. #halah apasih

    BalasHapus
  3. Pada dasarnya Allah lah yang paling bijak membalas apa yang udah kita perbuat..

    BalasHapus
  4. yuap. hanya keMaha kuasanya Allah

    terimakasih sudah mampir ^_^

    BalasHapus