Selasa, 05 Juli 2011

Hati yg Q Rasa (Part 2)

Rabu 15 Juni 2011

Menangis dan terisak tiada henti bukan menyalahi takdir atau menangisi kabar yg ku dengar sore tadi, tapi menangisi rasa yang semakin menggila, menangisi rasa yg tak seharusnya ada. tangis ku smakin mnjadi, bayang mu (ouuupps .. red) menari penuhi dunia fikirku, 2 tahun mengenal mu ku rasa bukan waktu yg singkat dan 7 bulan penantian mu cukup mematangkan hati yg condong kepada mu, jawaban itu yg ku temui di"istikharah" ku. 7 bulan dengan sabar kau lalui itu, yah, 7 bulan setelah anggukanmu untuk menunggu ku, karena pikir ku tak mungkin jika harus menikah saat ini, bukan hanya masalah pendidikanku yang belum rampung dan ketidak siapan ku untuk secepat itu menikah (lagian juga biayanya mahal boo… red) yang menghalanginya, tapi tak mungkin jika harus ku langkahi kk ku yang tercinta, tak mungkin aqu melukainya apalagi dngan kondisinya yg sekarag, tak sampai hati rasanya untuk ku lakukan itu, review ku mengingat masa itu.



ku temukan sesuatu dalam fikir ku, oh Tuhan, salahkh aqu? knpa hati menyalahkannya, mengadilinya, dan membenci keputusannya? sedang dia sudah terlalu lama menunggu dan tak kunjung datang keseriusan dari ku, tapi knapa tak tunggu satu hariii… saja kau ceritakan hal itu kpada ku padahal baru saja ingin ku sampaikan niat keseriusanmu kepada keluarga ku, ingin rasanya q katakan " tolong jangan kau luruskan niat ibumu.." (jika benar itu terucap celakalah n berdosalah aqu…red) saat kau meminta pendapat ku... entahlah lidah ku kelu yang keluar justru kata ku yg ahirnya menggores hati bahkan bukan hanya aqu terlebih kmu, entah bagai mana rasa mu kala itu, aqu terlalu naïf, terlalu egois tak menanyakan bagaimana ingin mu kala itu, tapi bukan maksud ku untuk itu, aqupun sakit atas smua yg ku ucap kala itu, tak ingin memberatkan mu, hanya ingin yg terbaik untuk mu dan berusaha bijak untuk smua ini, ya Rabb.. salahkh aku atas smua yg ku ucap ???, Huuufff…. andai kala itu ku ucapkan, “hati ku condong kepadamu dan besok akan ku utarakan niatmu kepada keluarga ku”, mungkin akan lain keadaannya sekarang, keluh batin ku. Knapa jadi berandai?? fikir ku saat ini…. Smakin sekiiiiiit (entahlah qu rasa kata itu tak cukup mewakiliya… red) berasa sesak sekali dada ku, seolah tak tercipta ruang untuk ku bernafas. Ah terlalu sulit ku gambarkan rasa ku kali ini, rasa menyesal akan keputusan ku, kebodohan akan jawaban yang tak kunjung ku berikan, kecewa akan keputusannya, dan keegoisanku, smua bercampur menjadi satu. Astaghfirullah hal’adziiiiiim…. Harusnya aqu ikhlas untuk smua ini, teringat aku akan kata2 itu # Allah tidak memberi apa yg kita mau tapi Allah mmberi apa yg kita butuhkan#. Segera ku seka air mata seiring dengan rasa ku yg masih tak menentu sedangkan waktu trus melaju tanpa mempedulikan ketidak berdayaan ku… pukul 02.30 dini hari, saat ku lirik jam beker ku. mncoba tuk bangkit, berharap berwudhu sedikit menghilangkan sakit dikepala ku dan sholat serta bermunajah mampu menenangkan ku….. “ya Rabb…. ya Rahman ya Rahim ampunilah segala dosa, segala hilaf ku ya Rabb…. Aku berlindung dari godaan syaitan yg terkutuk, jauhkanlah aqu dari segala penyakit hati yg bisa melumpuhkan fungsinya bahkan mluluhlantahkan semua iman dan taqwa qu… ampuni ya Rabb, ampuni kesyukuran q yang hanya setetes saja, padahal Engkau telah memberikan q nikmat yang luas menyamudera… ku pasrahkan semua hidup dan mati ku pada-MU” tangis ku menyesali smua rasa yang tak seharusnya ada, di 1/3 malam ini tak seperti biasanya begitu tenang, begitu khusu’, bagai malam hanya milik ku seorang. Lega rasanya smua telah ku adukan pada-NYA “ya smoga esok tak ada lagi tangis karena laki2 itu atau bahkan laki2 manapun…” janjiku pada hati, senyum ku sedikit merekah. ya, Insya Allah smua hanya karena-MU bahkan jika –KAU izinkan menangispun cuma karena-MU.



******

Pagi itu di 16 Juni 2011. Rasa ku sudah membaik, bahkan semakin membaik seiring dengan keikhlasan ku akan taqdir-NYa, rasa itu tak semuanya lenyap (tak membohongi hati.. red) terkadang muncul sebagai pengganggu, melemahkan niat ku, tapi kedatangannya sudah tak ku hiraukan lagi, ku anggap saja dia benalu (bedanya benalu itu tumbuh dihati… red) yang tak akan muncul jika tetap ku pupuk, dan ku rawat kesuciannya hingga tak ada satu benalupun yg mengotori kesuciannya (*ngarep. semoga ya Rabb….red). pagi ini walau mata membengkak tapi ku langkahkan kaki menuju kantor dngan semangat baru, niat yg insya Allah smakin menguat, ya niat yg sempat tercabik oleh kedatangannya. Insya Allah dengan izin Allah smoga tetap istiqomah menjalaninya…. Muhasabah ku terus menerus



******

Malam itu di 29 Juni 2011. Satu paket Arif kirim lewat temannya untuk ku, ya sebut saja laki2 itu Arif, laki2 yg sempat membuat ku hanyut dengan indahnya cinta yg indahnya bisa hancurkan dunia ku….. sebuah mushaf cantik isinya, dan surat sederhana berwarna kuning terang



“ smoga ini bermanfaat ukhti, bertilawahlah dikala apapun rasamu padaku, bagaimanapun pikirmu tentangku, dan dalam keadaan seperti apapun. Ku sadari ini adalah suatu kesalahan, rasa yg harusnya tak ada, rasa yg harusnya kita pu2k setelah ijab qabul tertunaikan, tapi rasa terlanjur terpu2k dan harap terlanjur terucap kala itu, aqupun telah bersimpuh memohon sgala dosa atas hilaf ku, smoga Allah ta’ala mengampuninya, terlebih smoga kamupun begitu. Do’akan akang smoga slalu diberkahi-NYa begitupun aku sebaliknya. Terimakasih, ini ahir untuk hidup ku yang baru, ya hidup baru esok di 03-07-2011(pernikahan sang pria…red). Agar tuntas sekedar goresan pena yg mewakili rasa sebenarnya. tanpa maksud, ini hanya goresan kata yang hampa, anggap saja hanya angin lalu, smoga kau selalu bahagia, begitupun aku esok dan seterusnya”



Tertulis….

“Senja itu bukan akhir dari segalanya

Senja bukanlah matahari yang terbenam

Senja bukanlah kembang di ujung barat

Senja itu sambutan Dari setiap langkah penantian menuju kesuksessan .

Titip rindu pada malam.. Entah, tiap kali surya kan menapak, ada segores sepi dan sedih tersisa.. Kendati mentari menyambut degan hangat dan ceria,

tetap saja yg tertinggal rindu pada sang malam..

Rindu syahdunya, rindu sejuknya, rindu heningnya,selalu terasa menghentak.

Padamu yg jauh disana, yang tengah berjumpa degan sang malam..

ku Titip rinduku padanya, pada pekat’a malam..

Karena ku tahu, cinta tak akan menjerumuskan.

Maka ku ingin tak sedikit pun kau tampak cacat di mataNya. Karena ku tahu,

aku pun berarti dalam hidupmu, maka jadikanku jalanmu menggapai cintaNya.

mohon degan sangat, dari hati yg terdalam,

jangan.. bukan karena aku, tapi karenaNya.

Karena aku dapat mati, cintaku dapat pupus.



Terkadang diri ini begitu lelah berkejaran degan cepat’a putaran dunia..

Mataku perih menatap debu-debu fana.

Kaki ini rapuh untuk berlari.

Ingin ku tutup telingaku yang terasa bising dengan teriakan para penikmat dunia.

Hatiku begitu kecil untuk membagi cinta pada mereka yang kering akan kasih.

Aku letih, ku ajukan izin pada-Mu..

Untuk beristirahat Sejenak saja, ingin kututup mata ini.. Aku letih.. Bolehkah?



Mencintaimu bagai menggenggam mawar..

Ada kalanya membawa wangi yang semerbak.

Namun dapat berubah luka karena duri yg melekat.

Mencintaimu bagai menatap pelangi.

Indah tak terkira membentang di angkasa.

Namun hati ini tak tenang karena cinta kan hilang tersapu waktu..

Kadang ku ingin seperti mentari.

Yang mampu memberi hangat pada semesta.

Namun ketika ku sadar ku tak mampu,

ku pun cukup bahagia mejadi pohon yang tumbuh di pinggir jalan,

yang dapat menjadi tamu beteduh dari terik yang memanggang.

Kadang ku ingin seindah purnama, bersinar indah di daalm gulita.

Namun ketika ku tau tak mungkin.

Aku pun cukup bahagia mejadi sepoi angin, walau tak nampak,

tapi mampu meberimu sejuk dalam lelap malammu..

Terpekur aku di ujung sajadah, menangis pilu tak tertahan.

sungai-sungai kecil mengalir begitu saja membasahi ruang wajah sang musafir ,

Ahhhaiiai Jika mulai teringatmu sang wanita hebat, kembali tunduk jiwaku pada hening tanpa batas. Semoga kau selalu berbahagia dikehidupan indahnya kini, esok dan seterusnya”



Aaaahhhh mengganggu rasa saja, abaiku (padahal aduuhaaai….red) berusaha menolak rasa. oh kamu sang pengirim surat andai kau tau rasa ku dulu…. Sebelum malam itu, disaat aqu tersedu menangis karena mu, disaat ahirnya ku putuskan melucuti smua rasa ku, dan berjanji akan mencinta setelah tiba saatnya. Ya setelah ijab qabul tertunaikan seperti kata mu disurat itu, tapi bukan dengan mu tentunya. “ kata mu indah, tapi aqu tak suka puisi mu” ucap ku pada diri..



Hanya ini cerita ku, karena tak ada yg sepesial dimalam ini, batin ku membohongi hati.



******

Siang itu di 01 Juli 2011. Dipukul 13.54 tepatnya. HP ku bergetar, suara Craig David *Unbelieveable* mengalun merdu. Kulirik, No baru tertera di layar Hp, siapa?? Pikir ku.



“Assalamualaikum sayang….” Suara disebrang sana

“wa’alaikum salam…” jawabku bingung

“ini Ummi Arif ki, kamu sehat nak??” lanjutnya seolah tau kebingungan ku

“ oh Ummi, Alhamdulillah sehat, Ummi sndri gimana kabanya? Lama ga ketemu, kangen deh..” jawab ku manja, karena dia sudah ku anggap layaknya ibuku sendiri.

“Alhamdulillah Ummi sehat, Cuma ya ga enak badan sedikit sih wajar.. kapan kamu maen lagi ke rumah? Katanya kangen.. Ummi mu ini ditengoklah nak sekali2…” lanjutnya

“Ummi jangan terlalu capek, masalah persiapan pernikahan kang Arif biar diserahin ke Kang Arif aja. Abah, Teteh, sama Akang Reno juga sekuat tenaga ngebantu.. insya Allah besok lancar acaranya n ga kurang suatu apapun, nanti kalo hari H Ummi sakit kan repot…” lanjutku mengingatkan…. Seolah ada yg mengiris lagi luka yg perlahan kering, oh Tuhaaaan… kuatkan aku, ya Allah yg Maha membolak-balikkan hati…. Smua berawal dari –Mu dan berahir pula kepada –Mu, maka ku serahkan smua rasa ku pada –Mu.. batin ku memohon.



“Ummi pengen besok kamu dateng bantu Ummi ngebungkus seserahan’a Arif, lagian rasanya Ummi sudah terlanjur kangen sama kamu nak…” lanjutnya menyentak hatiku, seolah jantung berhenti berdetak mendengar pintanya. oh Tuhaaaan… harus ku jawab apa?? Tidak kah dia tau luka ini masih basah….



“hari sabtu besok temen q ada yg nikah juga Ummi, Tapi Insya Allah pulang dari sana, jika q tidak berhalangan n smoga Allah memberi kesempatan, q pasti dateng…. “ ucapku segera, tak ingin Ummi menunggu lama



“Amiiin, Jazakillah Khoir sayaang… wa Barokallah Fii Umrik…..” ucapnya mengahiri perbincangan kala itu.



Ya Allah besar sekali rasanya cobaan n ujian yg –Kau beri…. Ampunilah ya Rabb… berilah petunjuk, ikhlaskn hati, smua milik-Mu… tak berhak harusnya aqu atas dia, n tak seharusnya pula rasa ini ada…



Masih di 01 Juli 2011, rasa kembali tak menentu, tapi kli ini berbeda dengan sebelumnya. Yg ku risaukan sekarang harus bagaimana nanti jika besok (02-07-2011) berjumpa dengannya…. Apa ku tolak saja permintaan Ummi?? Aku tak ingin & aku takut rasa itu tumbuh lagi jika melihat matanya yg teduh, wajahnya yg cakep perangainya yg cakap dan senyumnya yg aduuhaaaiii (astaghfirullah…. Red), aku takut itu mampu melumpuhkan smua niat yg dngan sekuat tenaga ku bangun lagi, krna aqu tau iman ku masih rapuh, ilmuku masih dangkal dan aku yakin masih jauuuh skali mengenal kata sabar. Jika tak hadir bagai mana dengan Ummi??? Sampai hatikah aqu menolak permintaannya… setelah smua kasih sayang yg tercurah untuk ku.. tapi bagai mana dengan rasa ku??? Oh tuhaaaan…… batin ku di pukul 03.26 dini hari……..





……………………………… bersambung……………………………………..



maaf bersambung lagi cape nulisnya ^_~



*lagi belajar nulis, masih sangat jaauuuuh dari kata sempurna. & Mhon maaf jika dalam catatan ini ada pihak yang tersinggung… Hanya milik Allahlah segala kesempurnaan



***** smoga bermanfaat*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar