Rabu, 28 Maret 2012

Senjaku di Angkot 04

Lamunanku dalam perjalanan hendak ke Kampus.
Angkot biru muda jurusan Salemba-Rawasari (04) ini adalah salah satu tempat favoritku, bukan karena angkotnya yang nyaman atau supirnya yang rupawan, melainkan nge-temnya yang aduhai sungguh membosankan, belumlagi macetnya yang ngga ketulungan. Pukul 16.35 aku keluar dari Kantor menuju Kampus.

Awalnya memang terasa sangat membosankan, tapi setelah terbiasa dan tahu bahwa ng-tem adalah salah satu budaya dia (angkot) mau tidak mau harus ngejalananin itu juga, kalo kata abang supir "kalo ga mau ngerasain ng-tem ya naik mobil pribadi" heeemm ya bener juga sih... semenjak itu pola fikir kurubah, sebisa mungkin melakukan hal yang penting dan bermanfaat disaat-saat seperti itu, seperti nulis misalnya, murojaah, menghafal, bahkan tidur atau apapun yang bisa bikin hati tidak lelah, memprotes karena lama nge-tem atau emosi karena memang sedang sangat terburu-buru tidak ada gunanya, karena semua itu tidak mempengaruhi prinsip supir (pengendara angkot) "sebelum angkot penuh oleh penumpang ya tidak  jalan" ya memang justru kita yang harus menyesuaikan dengan budaya nge-tem mereka dan macet yang memang sudah mendarah daging di Jakarta ini, misalnya, memprediksikan waktu berapalama angkot nge-tem, berapa lama perjalanan hingga ketempat tujuan agar semuanya sesuai dengan harapan kita, minimal tidak membuat hati lelah, atau cari alternatif  lain seperti ojeg misalnya, dan lain-lain. Kalo kata pepatah " hidup itu tergantung bagaimana kita yang menjalankannya" ya benar sekali, klo kita benar-benar memenej hidup kita dari hal terkecil apapun semua akan sesuai dengan apa yang kita harapkan, kalo kita melakukan sesuatu maka akan terjadi sesuatu (hukum sebab akibat)  tentunya kecuali jika Allah berkehendak lain (Takdir). haduuuuhh jadi kemana-mana nih jadinya...

Angkot jurusan Salemba-Rawasari memiliki kapasitas penumpang yang sama seperti angkot-angkot pada umumnya, jarak Rawasari ketempat tujuanku Salemba juga terbilang dekat, hanya saja jalur yang ditempuh harus melewati Jl. Percetakan Negara yang terkenal sedikit macet, jadi membutuhkan waktu yang lumayan untuk sampai ke Kampus (Salemba), tapi saya bersyukur karena dari angkot ini banyak terlahir puisi, sajak, cerpen, artikel dan tugas lainnyapun terselesaikan. Dan sejak itulah, sejak pola fikir kurubah aku sangat menyukai setiap waktu luangku, termasuk berada diangko. Dan inilah tempat favoritku ^_^


ini ceritaku, bagaimana ceritamu????


4 komentar:

  1. inspirasi bisa datang kapan dan dimna saja :D

    BalasHapus
  2. seeppp
    betul banget ning...

    hihi terimakasih sudah mampir
    salam kenal ya ning ^_^

    BalasHapus
  3. ^_^ !!

    ^_^ !!

    ^_^ !!

    Ini Ceritaku: one month ago, Ada supir angkot yang sangat berani menerjang Banjir padahal hampir seluruh Bannya kerendem, N semua angkot yang lain gak ada yang berani lewat ke area banjir tsb, motor2 juga banyak yang mogok gara2 maksa lewat. Sebagai penumpang malah ana yang Was-was, dalam fikiran ana "Mati gak nih mesinnya, gimana kalau mesinnya mati di tengah2 banjir..?", dan ana terus berdo'a kepada Allah semoga tidak terjadi apa2 sama angkotnya. Tapi Salluuuuut sama tuh supir, mesinnya gk mati n ana bisa sampai tujuan. Selidik demi selidik, ternyata sopir tersebut sudah menyiasati mesinnya agar tidak basah kena air. entah gimana caranya ana lupa, padahal dia jelasin dengan lumayan detil. hehehe... Sekian cerita dengan Angkotnya...

    <'@II< maH-Taj ^_^ !!

    BalasHapus
    Balasan
    1. subhanallah..
      cerdas supirnya...

      tapi ada yang menggelitik
      kata "lupa"
      heemmmmm..
      padahal sangat penasaran

      Hapus